Senin, 05 Maret 2012

Konsultasi: Cara “melupakan” si dia

Tanya:

Assalamu’alaikum warahmatullah ustadz. Saya mau konsultasi. Saya suka sama seorang ikhwan.tapi…sekitar 2 minggu yang lalu dia meninggal karena kecelakaan.sampai sekarang saya belum bisa melupakan dia.saya masih sering nangis kalau ingat dia.seakan saya nggak rela atas semua yang terjadi.dia adalah seorang ikhwan yang benar-benar baik dan sholeh.saya amat mengaguminya.lalu bagaimana caranya supaya saya bisa lupa dia? dalam hati saya masih sangat rindu padanya.terkadang saya ingin sekali bertemu dengannya walau hanya dalam mimpi.tapi saya tahu…apapun yang masih saya harapkan padanya takkan mungkin terjadi.apa saya belum ikhlas melepasnya?lalu bagaimana caranya supaya saya tidak terlalu memikirkannya? Terima kasih.wassalamu’alaikum warahmatullah.
Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullah. Saya bisa merasakan perasaanmu, ketika kehilangan seseorang yang sangat kita cintai, kagumi dan sayangi.
Untuk bisa 100% ikhlas itu, dibutuhkan waktu. Semakin dalam perasaan kita, maka semakin banyak waktu yang kita butuhkan untuk bisa ikhlas sepenuhnya. Jadi, kamu gak perlu terlalu menyalahkan diri apakah sudah ikhlas atau belum. Yang paling penting, kamu terus berusaha meningkatkan keikhlasan.
Untuk “bisa lupa dia” dan “tidak terlalu memikirkannya”, saya sarankan agar kamu menjalankan lima macam langkah berikut:
  1. Akuilah terlukanya perasaan kehilangan
    Sebaiknya kita mengakui dan menerima kenyataan bahwa dia telah tiada. Sebagai manusia biasa harus kita akui bahwa kita bisa terluka oleh rasa kehilangan, termasuk kehilangan si dia. Di samping mengaku langsung kepada Tuhan, kita bisa mengakui terlukanya perasaan kita kepada diri sendiri dan terutama kepada orang yang kita percaya. Curhat atau konsultasi yang telah kau lakukan ini merupakan langkah awal yang tepat untuk mengobati rasa sakitnya kehilangan dia. Tinggal melakukan langkah-langkah berikutnya.
  2. Lepaskanlah emosi negatif secara positif.
    Secara positif itu maksudnya: yang membuat diri tenang, nyaman, sehat, dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Misalnya: [a] menangislah secukupnya untuk redakan perasaan yang sedang berkecamuk di hatimu, [b] bersalatlah atau berdo’alah kepada Allah, [c] di buku harian (diary) tulislah “Dear diary, sejak 2 minggu yang lalu dari kepergiannya, aku merasakan betapa sakitnya hatiku, betapa sedihnya diriku. Aku merasa tak ingin ia pergi jauh dariku. Andainya saja aku bisa memilih, aku ingin ia tak pergi dari hari-hariku.”
  3. Tenangkanlah gejolak jiwa secara sehat
    Melepaskan emosi negatif, secara positif sekalipun, terkadang belum memadai untuk melepaskan jiwa dari belenggu luka hati karena kehilangan dirinya. Sebab itu, kita butuh langkah lain, untuk menenangkan gejolak jiwa ini. Cara yang paling efektif adalah disesuaikan dengan kepribadian masing-masing. Bagi yang religius, berserah diri kepada Allah swt. Bagi yang menginginkan sehat, berolahraga bisa tenangkan gejolak jiwa.
  4. Gairahkanlah diri dengan keceriaan
    Perasaan sedih kala kehilangan dirinya, itu suatu kewajaran. Namun bila kita terus berlarut-larut dalam kesedihan, tentu hal ini tak kan bisa menghapus kesedihan kita. Maka cobalah untuk bersikap ceria. Tersenyumlah untuk menampakkan wajah keceriaan hingga membuatmu merasa benar-benar bisa untuk ceria kembali.
  5. Terimalah kegagalan sebagai peluang belajar
    Terimalah dan akuilah kegagalanmu dalam memiliki dirinya untuk jadi pasanganmu.
    You know, orang yang mengakui kegagalannya dalam bercinta lebih mudah bangkit menuju terjalinnya hubungan cinta lain yang lebih baik. Oleh sebab itu, daripada mengucap kata-kata penyangkal kegagalan, lebih elok kita kemukakan ungkapan-ungkapan yang bernada menerima kegagalan. Umpamanya: “kegagalan adalah pelajaran menuju kesuksesan…” Kita menganggap perginya seorang yang kita cintai di masa lalu sebagai tahapan menuju terjalinnya hubungan cinta lain yang lebih indah.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More