This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 27 Januari 2012

KEINDAHAN DAN KESEMPURNAAN AL-QURAN

Kitab Suci Al-Qur’an merupakan mutiara yang langka. Bagian luarnya adalah Nur, bagian dalamnya juga Nur, begitu pula bagian atas dan bawahnya adalah Nur semata serta Nur disetiap kata di dalamnya. Kitab ini merupakan taman ruhani yang rangkaian buahnya mudah dijangkau dan melalui mana mengalir banyak sungai. Semua bentuk kemaslahatan bisa ditemukan di dalamnya dan setiap obor penunjuk jalan dinyalakan daripadanya.
Nur Kitab ini telah menembus hatiku dan aku tidak akan mungkin memperolehnya dengan cara lain. Jika tidak ada Al-Qur’an maka aku tidak akan menemukan kegembiraan hidup.

Keindahannya jauh melampaui kecantikan seratus ribu Nabi Yusuf. Aku amat cenderung kepadanya dan meresapkan rahmatnya ke dalam hati. Kitab ini telah menghidupkan aku sebagaimana laiknya sebuah embrio dihidupi dan betapa indah pengaruhnya atas kalbuku. Kecantikannya telah menarik keluar jiwaku. Dalam sebuah kashaf dikemukakan kepadaku bahwa taman kesucian itu diairi oleh Al-Qur’an yang merupakan gelombang samudra air kehidupan. Barangsiapa yang meminum daripadanya akan menjadi hidup dan membawa kehidupan kepada manusia lainnya. (Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 545-546, London, 1984).
* * *
Sebutan Khataman Nabiyin yang dikenakan kepada Hadzrat Rasulullah s.a.w. mengharuskan bahwa Kitab yang diwahyukan kepada beliau adalah juga kitab yang paling sempurna dibanding semua kitab-kitab samawi lainnya serta merangkum keseluruhan keluhuran ajaran ruhani. Ketentuannya adalah sebagaimana tingkat derajat kekuatan ruhani dan kesempurnaan batin dari sosok yang menerima wahyu Allah, begitu pulalah derajat kekuatan dan keagungan dari firman bersangkutan. Mengingat kekuatan ruhani dan kesempurnaan batin Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah dari tingkat yang paling luhur, yang tidak akan mungkin disamai atau dilampaui oleh orang lain, demikian jugalah derajat Kitab Suci Al-Qur’an yang keluhurannya tidak akan bisa dicapai oleh Kitab-kitab samawi terdahulu. Kemampuan dan kekuatan ruhani Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah yang tertinggi dari semuanya, dimana semua bentuk kesempurnaan telah mencapai puncaknya dalam diri beliau. Karena itu Kitab Suci Al-Qur’an yang diwahyukan kepada beliau adalah juga Kitab yang sempurna dimana keluhuran daripada mukjizat firman mencapai titik tertinggi di dalamnya.
Dengan demikian beliau itu adalah Khataman Nabiyin dan Kitab beliau menjadi Khatamal Kutub. Dari sudut pandang setiap aspek suatu firman Tuhan, Kitab Suci Al-Qur’an menempati derajat tertinggi. Kesempurnaan Kitab Suci Al-Qur’an bisa diamati dimana keajaiban rangkumannya bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, baik dari segi keindahan komposisi, dari urutan pokok pembahasan, dari ajaran yang tercantum serta dari kesempurnaan buah ajarannya. Karena itulah Al-Qur’an tidak memerlukan padanannya dari sudut pandang apa pun, bahkan Kitab ini melontarkan tantangan umum memper¬tanyakan apakah ada yang mampu menyamainya dalam segi apa pun. Dari sudut mana pun manusia memilih untuk memandangnya, Kitab ini merupakan mukjizat. (Malfuzat, vol. II, hal. 36-37).
* * *
Kitab Suci Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang kapan pun tidak ada dan tidak akan pernah ada padanannya. Gerbang rahmat dan berkatnya selalu tetap terbuka serta tetap cemerlang dan nyata di setiap zaman sebagaimana keadaannya ketika di masa Hadzrat Rasulullah s.a.w. 
Kiranya kita ada memperhatikan bahwa bicara seseorang itu umumnya sejalan dengan ketetapan hatinya. Tambah tinggi ketetapan hati, tujuan serta tekad si pembicara, begitu pulalah mutu dari hasil bicaranya. Wahyu samawi juga mengikuti pola yang sama. Bertambah tinggi ketetapan hati dari sosok yang menerima wahyu Ilahi maka akan bertambah tinggi juga nilai dari wahyu bersangkutan. Mengingat ruang lingkup dari ketetapan hati, kapasitas dan tekad Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang sangat luas, maka wahyu yang turun kepada beliau juga bersifat sama. Tidak akan pernah ada lagi manusia yang bisa mencapai derajat ketetapan hati dan keberanian seperti beliau mengingat ajaran beliau tidak terbatas pada suatu kurun waktu atau bangsa tertentu saja sebagaimana halnya yang terjadi pada Nabi-nabi sebelum beliau.

Mengenai beliau yang dikemukakan sebagai sosok yang luhur ada terdapat dalam ayat: 

“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul kepada kamu sekalian”“. (S.7 Al-Araf:159)
serta ayat lain:

“Tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh umat”. (S.21 Al-Anbiya:108).
Siapakah yang dapat menyamai beliau dengan ruang lingkup kenabian dan maksud kedatangan yang demikian luasnya? Sekarang ini kalau pun ada salah satu ayat Al-Qur’an yang diwahyukan kepada seseorang, aku yakin bahwa ruang lingkup wahyu tersebut tidak akan seluas sebagaimana ketika diterima Hadzrat Rasulullah s.a.w. (Malfuzat, vol. III, hal. 57).
* * *
Kebenaran haqiqi yang berkaitan dengan agama dan semua ajaran tentang subyek Ketuhanan serta argumentasi konklusif yang mendukung kebenaran, bersama-sama keajaiban-keajaiban dan wawasan-wawasan sebagaimana terdapat di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, semuanya itu berada di luar jangkauan kemampuan dan intelektual manusia untuk memperolehnya sendiri. Jika kita melihat ke masa sebelumnya, kita akan menemukan bahwa tidak ada ahli filosofi atau pun orang bijak yang mampu mengungkapkan semua pengetahuan yang terdapat di dalam Al-Qur’an tersebut. Justru sebaliknya, seluruh pengetahuan dan wawasan tersebut malah dikaruniakan kepada seorang yang sama sekali tidak terpelajar. Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, atau membaca buku dan tidak juga berkawan dengan orang-orang bijak atau yang terpelajar. Beliau menjalankan kehidupannya di tengah-tengah suatu bangsa yang liar, dilahirkan dan dibesarkan di antara mereka serta berkawan dengan mereka. Bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang buta huruf merupakan hal yang demikian jelas sehingga tidak ada peneliti sejarah Islam yang tidak mengetahuinya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 561-563, London, 1984).

Kebenaran Bukti Al-Quran tentang Orang yang Memahat Gunung

Ada banyak  mukjizat dalam Al Qur’an yang di tunjukan i Allah Maha Kuasa kepada kita tentang beberapa peristiwa sejarah yang ditemukan akhir-akhir ini dan tak seorang pun di saat Alquran turun   sudah punya pengetahuan tentang hal ini … … … … … … ..
tehnik bangunan peradaban ”Tsamud” di tanah arab . mari kita lihat foto berikut yang menunjukkan sisa-sisa peradaban ini

Keajaiban di foto-foto ini adalah bahwa Al Qur’an memberitahu kami tentang orang-orang dari ”Tsamud” dalam deskripsi yang akurat dan bagaimana mereka membangun bangunan ini.

Allah swt berfirman:

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.(QS. Al-A’raf-ayat 73-74)

26:141. Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul.
26:142. Ketika saudara mereka, Saleh, berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?
26:143. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,
26:144. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
26:145. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam
.26:146. Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman,
26:147. di dalam kebun-kebun serta mata air,
26:148. dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut.
26:149. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin;
26:150. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;
26:151. dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas,
26:152. yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan”

(QS. Surah Asy-Syu’ara Ayat 141-152).

Akhirnya, kita mengatakan bahwa teks-teks ini adalah bukti jelas bahwa ada keajaiban sejarah dalam Al-Qur’an.


Iman yang teguh tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus di cari di bina dan perkuat agar selalu Istiqomah.
cara yang terbaik ialah menyampaikan, mengucapkan secara langsung hal-hal yang menyangkut kekuasaan,keagungan kemuliaan Allah, membaca Kitabullah; mengkajinya , mentadabburi makna dan hukum-hukumnya, mengkaji sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengaetahui rician syariat darinya

Bertaubat Sebelum Tidur......

Hidup di dunia ini hanya sementara. Saat kematian menjemput seseorang, berarti harus berpisah dengan dunia dan segala isinya. Dan itu pasti terjadi.
Allah Ta’ala berfirman :
Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. (QS. al-Anbiya / 21:35)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman :
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkankamu, kendatipun kamu (berada) dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. an-Nisa : 78)
Kematian akan menimpa semua orang, baik yang shalih atau yang durhaka, yang kaya raya ataupun yang miskin papa, yang terpandang ataupun tidak, yang ikut berjihad ataupun duduk santai di rumahnya, dan lain sebagainya. Semuanya pasti akan mati bila ajalnya telah tiba dan semuanya akan binasa
Allah Ta’ala berfirman :
Semua yang ada di bumi itu fana (tidak kekal) (QS. ar-Rahman / 55:26)
Kemudian sesudah mati, kita semua akan dihidupkan kembali untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan kita.


Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,
“Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati.”(QS. Hud / 11:7)
MARI SEGERA BERTAUBAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Jika memang demikian, sementara sudah dapat dipastikan bahwa setiap manusia tidak akan luput dari kelalaian, kesalahan dan dosa kecuali yang dirahmati AllahTa’ala dan diberi al-ishmah (terpelihara dari salah dan dosa) seperti para Nabi dan Rasul, maka sudah seharusnya kita semua segera bertaubat kepada Allah Ta’ala dan tidak menunda-nundanya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Setiap anak adam (manusia) banyak berbuat kesalahan, namun sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan ialah orang yang segera bertaubat (kepada Allah).”[1]
Allah memerintahkan kita agar segera bertaubat, sebagaimana firman-Nya :
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (QS. an-Nur / 24:31)
Dan firman-Nya :
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang benar (ikhlas). (QS. at-Tahrim / 66:8).
Dan hendaknya kita sering beristighfar (mohon ampun kepada-Nya) atas dosa-dosa yang telah kita perbuat selama ini. Karena Allah Ta’ala Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang akan senantiasa menerima taubat dari para hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosa sebesar dan sebanyak apapun.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,
“Katakanlah:“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. az-Zumar/39: 53)
Di dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Allah Ta’ala berfirman :
Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu pula. [2]
Hendaknya kita mempersiapkan diri dengan bekal taqwa untuk menempuh perjalanan menuju ke negeri akhirat yang merupakan tempat tinggal abadi.
BEBERAPA HAL YANG DAPAT MENDORONG SEORANG HAMBA AGAR SEGERA BERTAUBAT KEPADAALLAH TA’ALA SEBELUM TIDUR


Kenapa sebelum tidur ? Terdapat banyak hal yang dapat membantu seorang hamba untuk segera bertaubat kepada Allah Ta’ala kapan pun dan di manapun. Namun dalam pembahasan kali ini kami akan menyebutkan sebagian amalan yang di harapkan dapat mendorong seorang hamba bertaubat kepada Allah Ta’ala sebelum tidurnya. Diantaranya :
1. Melakukan Muhasabah (IntrospeksiDiri)
Muhasabah ialah usaha seseorang untuk mengevaluasi segala perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya.
Sebelum tidur hendaklah seorang hamba mengintrospeksi diri atas segala perkataan maupun perbuatannya sepanjang hari, baik yang berkaitan dengan hak -hak Allah Ta’ala maupun hak-hak sesama manusia.
Jika dia telah melakukan amal shalih, maka hendaknya dia bersyukur dengan memuji Allah Ta’ala dan memohon kepada-Nya tambahan nikmat. Dan memohon kepada-Nya pula agar senantiasa di beri taufiq dan kesanggupan untuk dapat melaksanakan amal ketaatan.
Namun jika sebaliknya, maka hendaknya dia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya serta bertekad untuk segera melakukan kebaikan
Tentang muhasabah, Allah Ta’ala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepadaAllah (QS. al-Hasyr/59:18).
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Hisablah diri kalian sebelum dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum ditimbang(oleh Allah Ta’ala) …”.
2. Mengingat Alam Kubur Yang Sangat Gelap Dan Dia Akan Menyendiri di Sana
Ketika akan tidur, hendaknya seseorang mengingat suasana alam kubur yang sangat gelap, dia akan berada di sana seorang diri tanpa teman, hanya amalannya selama di dunia yang mendampinginya.
Dengan mengingat kondisi ini, hati akan merasa takut kepada Allah dan siksa-Nya yang sangat pedih, sehingga dia terdorong untuk segera bertaubat kepada Allah Ta’ala dan banyak mohon ampun kepada-Nya.
3. Banyak Mengingat Kematian
Setiap muslim dan muslimah, yang sehat atau pun yang sedang sakit, tua maupun muda, hendaknya selalu mengingat kematian yang datang secara tiba-tiba.
Ingatan ini bias menghalangi dan menghentikan seseorang dari perbuatan maksiat serta memotivasinya untuk beramal shalih.
Mengingat kematian ketika dalam kesempitan akan bisa melapangkan hati seorang hamba.
Kalau dia ingat kematian ketika hatinya sedang senang, maka dia itu menyebabkan dia tidak lupa diri.
Dengan begitu ia selalu dalam keadaan siap untuk pergi meninggalkan dunia dan menghadap Allah Ta’ala.Mengingat mati bisa melembutkan hati dan menghancurkan sikap tamak terhadap dunia.
Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan anjuran untuk banyak mengingatnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezaatan (yakni kematian) [3]
Orang cerdas yang sesungguhnya ialah orang yang banyak mengingat-mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk mati. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma ia menuturkan,
“Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’,Tanya lelaki itu lagi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang yang cerdas.” [4]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ad-Daqqaq berkata,
‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara : bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan antusias dalam beribadah
Sebaliknya, siapa yang melupakan mati, ia akan dihukum dengan tiga perkara : menunda taubat, tidak ridha dan malas dalam beribadah.
Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu; Yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak merasakan sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya! Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan memupusangan-angan
Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan tibanya hari kematianmu dan perpindahan hidupmu dari tempatmu yang sekarang?” [5]
4. Menyadari Hakikat Kehidupan Dunia yang Fana Dan Akhirat yang Kekal
Keberadaan makhluk di dunia ini hanyalah sementara, dan semua yang ada di alam semesta ini akan hancur kecuali Allah Ta’ala semata yang kekal dan abadi.
Allah Ta’ala berfirman:
Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).”(QS. Ar-Rahman: 26)
Sedangkan kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang hakiki, kekal dan abadi, sebagaimana firman-Nya :
Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”.(QS. Al’A’la : 17)
Orang yang memahami hikmah hidup ini juga mengetahui bahwa Allah Ta’ala telah menciptakannya di dalam kehidupan ini tiada lain hanya untuk mengujinya, siapa di antara para hamba-Nya yang paling baik amal perbuatannya, sebagaimana firman -Nya di dalam Surat Al-Mulk, ayat 2.
Dengan demikian, maka dia pun segera terdorong untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala, memohon ampunan kepada-Nya, dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yang hakiki nan abadi.
Demikian tulisan singkat tentang bertaubat sebelum tidur. Mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan menjadi amal shalih bagi penulisnya. aamiin…

KETIKA AYAT-AYAT AL-QURAN BICARA

Hari ini, bahkan sejak kemarin sebenarnya, informasi yang hangat dibicarakan masih seputar gempa , bantuan, dan evakuasi di Sumbar yang memasuki hari ke-5. Namun, diantara berita-berita yang selama lima hari itu dominan, ada juga selentingan menarik kalau gempa di Sumbar isyaratnya tersurat dalam Al Qur’an. Menurut Eramuslim Dot Com, mula-mula berita ini beredar di jejaring SMS. Kemudian masuk ke milis, dan akhirnya Facebook.

Kemarin, temen saya antusias menanyakan tentang QS 17:16 yang tak lain adalah gempa Sumbar tanggal 30-9-2009. Obrolan lintas jejaring ini kemudian diperkuat dengan munculnya berita yang sama di Okezone Dot Com.

Tiga ayat Al Qur’an yang dibincangkan menyangkut waktu kejadian gempa Bumi di Sumbar tanggal 30-September-2009. Meskipun satu ayat sebenarnya tidak tepat benar menggambarkan waktu gempa kedua di Sumbar yang tercatat oleh bmkg.go.id pukul 17:38:52 bukan 17:58. Tiga ayat yang dibincangkan sehubungan dengan bencana alam itu adalah :

17.16 (QS. Al Israa’ ayat 16): “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”


17.58 (QS. Al Israa’ ayat 58): “Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).”


8.52 (QS. Al Anfaal: 52): (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.”

Secara umum, tiga ayat ini memang bernuansa peringatan atas terjadinya suatu peristiwa yang berhubungan dengan kehancuran suatu kaum. Lengkap dengan penyebabnya yang bermuara pada bergolaknya hawa nafsu manusia sehingga menjadi lalai, alpa dan lupa diri. Kalau mau langsung berhubungan dengan sebab seperti gempa bumi, mungkin yang cocok adalah surat no 99 yaitu Al Zalzalah, ayat 1,2,3 dan surat no 56 Al Waqiah ayat 1,2,3 juga.

Penomoran surat dan ayat yang bersesuaian dengan kejadian gempa di Sumbar dan Jambi, kecuali QS 17:58, nampak seperti suatu “kebetulan”. Akan tetapi, kalau di telisik lebih jauh, apalagi kalau kita yakin bahwa setiap peristiwa tertulis di Lauh Mahfuz, maka tidak perlu diherankan. Keheranan kita umumnya mungkin karena kita tak pernah membacanya, atau tidak pernah menduga sebelumnya kaitan peristiwa apa sebenarnya yang dilukiskan oleh ayat-ayat Al Qur’an tersebut. Kini, dengan bukti nyata (silahkan baca surat al-Bayyinah QS 98), kecocokan dan akurasi yang mengagumkan mungkin saja akan menyebabkan sebagian dari kita sebagai Umat Islam akan semakin yaqin atau malah terjebak dalam dilema logika serba kebetulan. Pertanyaannya, benarkah peristiwa dan perujukkan kepada nomor surat dan ayat Al Qur’an itu suatu kebetulan?

Untuk menguraikannya, saya memulainya dengan cara yang sederhana dengan membaca susunan nomor surat dan ayat itu secara vertikal dan horisontal. Kenapa vertikal dan horisontal? Ini erat kaitannya dengan fungsi Al Qur’an itu sendiri sebagai kitab petunjuk bagi umat manusia supaya mempunyai hubungan yang harmonis secara vertikal yaitu dengan Pencipta Makhluk dan horisontal yaitu dengan makhluk lainnya (manusia maupun alam, serta makhluk bukan manusia).

Uraiannya akan saya batasi hanya pada nomor surat dan ayat saja, belum sampai pada jumlah huruf dan nilai al-Jumalnya. Nilai al-Jumal adalah nilai huruf Arab satu persatu , kata per kata , yang mengikuti hisab al-Jumal atau Gematria huruf Arab. Ilmu ini sebenarnya peninggalan Jabr Ibn Hayyan (721 – 815 M), seorang ahli kimia generasi awal Islam. Ia dikenal di Eropa sebagai Geber dan diakui sebagai Bapak Kimia Modern.

A-Jumal Huruf Arab

A-Jumal Huruf Arab

Kalau kita urutkan nomor surat dengan nomor surat , dan nomor ayat dengan nomor ayat, maka jumlahan nomor surat dan jumlahan nomor ayat akan menghasilkan bilangan 168:

No Surat : 17+17+8=42

No Ayat : 16+58+52=126

42+126=168

168 adalah nilai Al-Jumal dari lafaz Bismillah.

Ba=2, Sin=60, Mim=40, Alif=1, Lam=30,Lam=30,ha=5

Dalam arah Horisontal, bilangan No Surat dan Ayat Dijumlahkan mejadi :

17+16=33, 17+58=75, 8+52=60

Jumlah semuanya : 33+75+60=168

Kalau kita kalikan maka

42×126=5292

Dengan menggunakan kaidah 2-2 maka didapat bilangan

139 dan 95 yang jumlahnya 234

234 tidak lain adalah jumlah kata maghfirah di dalam Al Qur’an.

Kalau kita jumlahkan mendatar ke arah kanan, diperoleh bilangan

52 + 92=144=12×12

Susunan 12 dan 12 tidak lain kalimat Syahadat. Jadi, komposisi 3 ayat tersebut menyiratkan semesta kehidupan umat manusia dalam sistem kehidupan yang sebenarnya penuh perubahan mendadak , sangat dinamis. Manusia harus siap menghadapi hal itu dengan segala daya dan upaya yang ada padanya. Baik dengan pengetahuan lahir maupun batin. Dengan pengetahuan lahir tentunya dengan sistem desimal dan huruf, geometri dan ilmu lainnya. Dengan pengetahuan batin maka realisasinya adalah shalat 5 waktu ditambah sunnah selama sehari dan semalam yang nilainya 51 rakaat.

Nilai 51 ini diperoleh jika kita jumlahkan ke arah luar dari bilangan 5292 dengan pemenggalan di posisi 2 dijit atau 2-2 yaitu :

25+92=117, 168-117=51

Jadi, dalam menyikapi perubahan besar tersebut (yang berujung pada takdir baik atau buruk), dimana pengaruh karakter manusia mendominasi akibat-akibat terbaik maupun terburuknya, kita harus mempunyai dua pengetahuan. Yaitu pengetahuan lahir untuk berhubungan secara horisontal dan pengetahuan batin untuk berhubungan dengan Kemahakuasaan Allah SWT sebagai al-Haqq, dimana Dia adalah satu-satunya yang memiliki perintah dan wewenang dalam segala ciptaan, dengan rahmat dan ampunannya.

Hal ini jelas tersirat secara numerik dari nilai 168, 329 (al-Rahmaan), dan 289 (al-Rahim, perhatikan 28 adalah tenggang waktu dari gempa Tasikmalaya tanggal 2-9 ke gempa Sumbar 30-9 yaitu 28 hari di bulan ke-9 atau 289 yang emrupakan al-Jumal AL-RHYM). Jumlah ketiganya adalah nilai al-Jumal dari kalimat Basmalah sebagai pembuka Surat 2-2 alias Al-Fatihah.

Sifat Rahmaan Allah telah muncul dalam manusia Indonesia dengan berbagai bentuk bantuan ketika menyikapi musibah berupa takdir buruk. Bahkan sejak peristiwa besar Aceh tahun 2004 yang lalu, kita melihat bagaimana antusiasnya manusia menampilkan Rahmat Ilahiyah.

Al-Rahiim Allah merupakan bentuk ampunan yang hanya dimiliki oleh Allah semata. Sehingga dengan ampunan ini kita wajib mendoakan yang meninggal maupun yang selamat supaya kontinuitas kehidupan (di Indonesia) diteruskan dengan kesadaran yang lebih luhur. Kesadaran itu tentunya erat kaitannya dengan kesadaran baru sebagai umat manusia yang benar-benar eling, khususnya Umat Islam, dimana kausalitas dari perbuatan buruk dan baik karena lalai dan alpa maupun dosa, cepat atau lambat akan memberikan dampak yang nyata dalam kehidupan di Bumi. Kerusakan lingkungan, kemewahan berlebihan, maupun perbuatan yang tidak menunjukkan keselarasan dengan hukum alam akan memberikan konsekuensi yang tidak dapat ditolak. Hal ini menegaskan bahwa ketika kita berhubunagn dengan alam, maka akan berlaku “terjadilah apa yang akan terjadi”. Berbeda dengan hubungan antara manusia dengan Allah SWT yang lebih longgar, bahkan manusia cenderung bebas untuk memilih namun tanggung jawab ada di masing-masing diri.

Demikian juga hubungan antara manusia dengan manusia yang lebih kompromistis. Tapi dengan alam, jangan main-main, manusia akan dilibas oleh alam ketika mengabaikan karakter dan perilakunya. Apalagi sampai mengubah atau megganggu keseimbangannya. Karena itu, dalam setiap peristiwa seluruh kejadian mempunyai jalinan yang erat kaitannya dengan bagaimana kita berperilaku, baik kepada manusia, alam, makhluk lainnya, maupun adab dan perilaku kita sebagai Umat Islam di hadapan Allah SWT.

Menembus Pintu Surga......

20MEI
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk Surga melewatinya pada hari kiamat nanti…”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk Surga melewatinya pada hari kiamat nanti. Tidak ada orang yang memasukinya selain mereka. Diserukan kepada mereka, ‘Manakah orang-orang yang rajin berpuasa?’. Maka merekapun bangkit. Tidak ada yang masuk melewati pintu itu selain golongan mereka. Dan kalau mereka semua sudah masuk maka pintu itu dikunci sehingga tidak ada lagi seorangpun yang bisa melaluinya…” (HR. Bukhari [1896] dari Sahl radhiyallahu’anhu).

Yang dimaksud dalam hadits dengan orang yang rajin puasa bukanlah orang yang hanya mengerjakan puasa dan tidak mengerjakan shalat, sebab orang seperti ini tidak akan masuk surga akibat kekafirannya (meninggalkan shalat, pen).
Akan tetapi yang dimaksud adalah kaum muslimin yang banyak-banyak berpuasa maka dia akan dipanggil agar melalui pintu tersebut. Sehingga setiap penghuni surga akan memasuki surga melalui pintu-pintunya yang berjumlah delapan (lihat Syarh Riyadhush Shalihin oleh Ibnu Utsaimin, 3/388-389).

Masing-masing pintu di surga memiliki kekhususan. Hal itu sebagaimana dikabarkan oleh Nabi dalam haditsnya,
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُم
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Royyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”

Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”.
Maka beliau pun menjawab,
“Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari [1897 dan 3666] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Al-Qadhi menukil ucapan Al-Harawi ketika menerangkan makna ‘sepasang hartanya’ : Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘sepasang harta’ adalah dua ekor kuda, dua orang budak, atau dua ekor onta (Al-Minhaj oleh An-Nawawi, 4/351).
Sedangkan yang dimaksud dengan berinfak di jalan Allah dalam hadits ini mencakup berinfak untuk segala bentuk amal kebaikan, bukan khusus untuk jihad saja (Al-Minhaj, 4/352).
Hadits ini juga menunjukkan bahwa setiap orang yang beramal akan dipanggil dari pintunya masing-masing. Hal ini didukung dengan hadits dari jalur lain juga dari Abu Hurairah yang mengungkapkannya secara tegas, Nabi bersabda,
لِكُلِّ عَامِل بَاب مِنْ أَبْوَاب الْجَنَّة يُدْعَى مِنْهُ بِذَلِكَ الْعَمَل
“Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih, demikian kata Al-Hafizh dalam Fath Al-Bari, 7/30).

Hadits ini juga menunjukkan betapa mulia kedudukan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Sebab Nabi mengatakan di akhir hadits ini,
“Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka -yaitu orang yang dipanggil dari semua pintu surga-.”Para ulama mengatakan bahwa harapan dari Allah atau Nabi-Nya pasti terjadi.
Dengan pernyataan ini maka hadits di atas termasuk kategori hadits yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Hadits ini juga menunjukkan bahwa betapa sedikit orang yang bisa mengumpulkan berbagai amal kebaikan di dalam dirinya (Fath Al-Bari, 7/31).
Abu Bakar adalah orang yang memiliki berbagai bentuk amal shalih dan ketaatan. Hal itu terbukti sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?”. Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?”. Maka Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”. Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.” Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim [1027 dan 1028] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Abu Bakar Al-Muzani berkomentar tentang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu”Tidaklah Abu Bakar itu melampaui para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (semata-mata) karena (banyaknya) mengerjakan puasa atau sholat, akan tetapi karena sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya.” Mengomentari ucapan Al-Muzani tersebut, Ibnu ‘Aliyah mengatakan, ”Sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya adalah rasa cinta kepada Allah ‘azza wa jalla dan sikap nasihat terhadap (sesama) makhluk-Nya.” (Jami’ Al-’Ulum wa Al-Hikam oleh Ibnu Rajab, hal. 102).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
”Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuh. Dan apabila ia rusak, rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah jantung.”(HR. Bukhari [52] dan Muslim [1599] dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma).
Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, ”Di dalam hadits ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwakebaikan gerak-gerik anggota badan manusia, kemauan dirinya untuk menjauhi perkara-perkara yang diharamkan, kesanggupannya meninggalkan hal-hal yang berbau syubhat (ketidakjelasan) adalah sangat tergantung pada gerak-gerik hatinya. Apabila hatinya bersih, yaitu tatkala di dalamnya tidak ada selain kecintaan kepada Allah dan kecintaan terhadap apa-apa yang dicintai Allah, rasa takut kepada Allah dan khawatir terjerumus dalam hal-hal yang dibenci-Nya, maka niscaya akan menjadi baik pula gerak-gerik seluruh anggota badannya.
Dari sanalah tumbuh sikap menjauhi segala macam keharaman dan sikap menjaga diri dari perkara-perkara syubhat untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan…” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, hal. 93).
An-Nawawi mengatakan, “Hadits ini menunjukkan penegasan agar bersungguh-sungguh dalam upaya memperbaiki hati dan menjaganya dari kerusakan.” (Al-Minhaj, 6/108).
Maka dari arah pintu manakah kita -dengan segala kekurangan yang ada- akan berusaha -dengan taufik Allah tentunya- bisa menembus pintu surga? Dari satu pintu, ataukah dari banyak pintu… Allahul muwaffiq

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More